Aryanto Husain - Cascading, kata ini familiar bagi mereka yang bekerja di unit-unit perencanaan di berbagai perangkat daerah. Bagi unit-unit teknis, kata ini tak kalah pentingnya dari istilah-istilah teknis. Kata ini bahkan menjadi ukuran aspek teknis bisa berjalan optimal atau tidak.
Cascading berasal dari kata “Cascade”, secara harafiah digambarkan sebagai ‘a large amount of something that flows or hangs down’ atau sesuatu yang mengalir atau menggantung ke bawah. Atau ‘something arranged or occurring in a series or in a succession of stages so that each stage derives from or acts upon the product of the preceding’ atau sesuatu yang tersusun atau terjadi dalam rangkaian tahap-tahap sehingga setiap tahap diperoleh dari atau bertindak sebagai turunan dari tahap sebelumnya.
Dalam organisasi, Cascading berarti proses penjabaran dan penyelarasan target-target kepada unit-unit kerja pada seluruh level dalam organisasi secara hirarkis. Proses ini dilakukan dengan crosscutting dan alignment hingga level paling rendah (tingkat individu). Hasilnya adalah keselarasan peran secara horizontal maupun vertical di seluruh tingkat unit organisasi.
Melalui cascading, sasaran strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), dan/atau target IKU dapat dijabarkan dan diselaraskan secara vertikal dari level unit/pegawai yang lebih tinggi ke level unit/pegawai yang lebih rendah. Kualitas cascading bergantung pada kemampuan perangkat daerah dalam melakukan pengumpulan, pengolahan, dan penganalisasian data yang dibutuhkan.
Cascading adalah aspek penting dalam mendorong efektivitas dan efisiensi perencanaan dan penganggaran. Organisasi public umumnya diperhadapkan dengan jumlah anggaran terbatas sementara instansi pemerintah sering terlalu besar dan gemuk. Konsekwensinya kebutuhan anggaran meningkat untuk membiayai jumlah program / kegiatan yang semakin banyak.
Efektivitas program/kegiatan sering menjadi pertanyaan dan bahan perdebatan. Banyak program/kegiatan yang dibiayai tidak selaras dengan tujuan pembangunan. Rumusan program/kegiatan sering tidak menggambarkan kinerja perangkat daerah yang sesungguhnya. Akibatnya pemerintah tidak dapat merealisasikan visinya dan masyarakatpun tidak merasakan dampaknya.
Temuan-temuan inefektivitas dan inefisiensi progam/kegiatan mencakup banyak hal. Mulai dari sasaran yang tidak berorientasi hasil hingga indikator yang tidak relevan. Banyak indicator yang disusun tidak measurable dengan target yang tidak akurat. Hal ini terjadi antara lain karena proses penyusunan dan penjabaran program/kegiatan tidak diikuti dengan cascading yang baik.
Cascading adalah salah satu bagian penting dalam perencanaan kinerja yang menjadi tahap pertama dalam sistim akuntabilitasi kinerja pemerintah (SAKIP). Semakin baik nilai SAKIP, maka penyelenggaran pemerintahan juga semakin efektif dan efisien. Demikian sebaliknya. Karenanya komitmen terhadap SAKIP sangatlah penting dan pemahaman terhadap cascading menjadi modal awal yang penting.
“Birokrasi itu harus efisien,” kata Presiden Jokowi pada setiap kesempatan. Untuk mencapai tujuan ini, Pemerintah harus menghemat jumlah anggaran yang dibelanjakan dari kegiatan-kegiatan yang tidak penting. Anggaran digunakan juga hanya untuk membiayai program/kegiatan prioritas yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan dan bisa menghasilkan manfaat besar untuk masyarakat.
Hal ini hanya bisa dicapai jika program/kegiatan disusun secara selaras melalui proses cascading yang baik dan tepat.